Selamat Berbagai Waktu, Salam Berbagai Keyakinan...
Sudah sekian lama blog ini saya tinggalkan *maklummasihmaba.
haha. mohon maaf atas ketidaksabaran anda menunggu posting terbaru dari saya
(walaupun nggak ada yang berharap).
Mohon maaf lagi ya, postingan kali ini mungkin tidak ada
nilai yang penting dan bermanfaat bagi pembaca, dan bagi saya postingan ini
sangat berarti bagi saya. karena ini merupakan pengalaman yang sungguh miris
sampai keiris-iris. haha...
yak, kalau begitu saya mulai dengan ucapan basmalah,
Bismillaahirrahmaanirrahiim. (memangnya ada apa sih? mau acara formal yah untuk
menyambut postingan ini? haha, ngarep amat.)
kisahku dimulai. bermula dari kehidupan mahasiswa yang tidak
memiliki keistimewaan sama sekali, kumuh, dan tak terurus. (maaf, bapak dan
ibu. ini cuma kata sambutan, jadi jangan kasih masuk ke dalam hati yah ini
perkataanku.) saat itu pulang sekolah dengan raut wajah lesu dan tidak
menampakkan kesenangan sehabis kuliah. orang tua pun menyapa dan berkata,
"Nak, lesu amat hari ini? malah rambut berantakan lagi. pergi cukur besok
yah." Waduh, padahal butuh waktu setengah semester ini untuk memanjangkan
rambutku yang berombak ini. tapi, nda apa-apalah saya cukur. demi menghilangkan
potensi tsunami di rambutku. haha...
Keesokan harinya, setelah hari kemarin. Cukur pun
dilaksanakan. Menunggu peserta cukur yang lain selesai, saya menyempatkan diri
untuk berdoa kepadaNya dan berharap hasil cukurku maksimal dan elok dipandang
*nahloh? ngawur terus nih.* Akhirnya, peserta cukur nomor sekian selesai,
saatnya giliranku. tukang cukurnya pun mempersilahkanku untuk duduk di depannya
dan kemudian menutupi seluruh badanku dengan kain hijau (mau operasi ya? haha).
sontak, tukang cukurnya bertanya "Mau Cukur Bagaimana Dek?" Lalu saya
menjawab, "Cukur Bo... Eh?" Hampir saja saya mengatakan cukur botak
dengan ukuran rata di berbagai sisi. lantas saya pikir-pikir dengan
menghabiskan banyak waktu, sampai tukang cukurnya membuatkan saya kopi yang
hangat dan nikmat. Saya sruput dulu deh kopinya sampai habis secara perlahan,
yang memakan waktu yang sangat lama sampai-sampai tukang cukurnya bisa tidur
beberapa menit *loh?* dengan melihat dinding tempat cukur dan melihat pemain
bola dengan cukuran rambut yang saya sukai, akhirnya saya memutuskan untuk
mengikuti gaya cukur tersebut dan dengan segera tukang cukur mengeksekusi
rambut saya yang sudah menangis tak bisa menerima kenyataan bahwa mereka akan
segera dicukur.
Cukur pun dimulai, dengan menggunakan mesin penggunting
rambut yang membuat kulit kepala saya merasa agak geli. rambutku perlahan-lahan
dipangkas laiknya memangkas rumput di depan halaman rumah saya. waktu terus
berputar, detik demi detik, menghitung hari, melewati masa lampau, akhirnya
hasil cukuran saya sudah selesai dan aaaaaaaaarrrrgggggggghhh! Ada yang aneh
nih, Apa? Pakai ini dulu ya, udah siap? udah. nanti dingin loh. (korban iklan
lagi). Ah, Tidak. cukurannya tidak simetris. di sebelah kiri, cambang tidak
terpotong, di sebelah kanan, aawww, habis terpangkas. tukang cukur pun memberikan
solusi untuk memotong lagi cambang sebelahnya, supaya kelihatan simetris.
cukurpun sudah, dan? hasilnya seperti Mangkuk bergerigi yang dijadikan topi.
haduh. solusi yang gagal. seandainya ada hair extension sependek rambut saya,
mungkin saya pakai deh. haha.
akhirnya, masyarakat sekitar memerhatikanku. aku pun bangga,
namun itu hanya sebentar setelah saya mengetahui bahwa yang diperhatikan itu
adalah cukuran ku yang unik dan spektakuler ini. yah, nda apa-apalah, tidak
saya salahkan tukang cukur itu, namun yang saya salahkan itu mesin cukurnya,
kenapa agresif sekali? haha...
demikianlah kisah tidak penting saya. atas kelebihan
bercandanya mohon dimaafkan. hikmah yang dapat saya ambil dari kisah ini
adalah, jangan maju sebelum punya alasan untuk melakukannya. jangan gegabah
dalam melakukan sesuatu.
salam indah karena pemandangan di pantai dan salam hangat
karena kopi. wassalam. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar